Rabu, 21 Agustus 2013

Moeldoko Keluhkan Minimnya Jumlah Anggota TNI

Satu prajurit di Indonesia harus menjaga wilayah seluas 5,79 km2.

Calon tunggal Panglima TNI Moeldoko.

Calon Panglima TNI, Jenderal Moeldoko, mengeluhkan minimnya jumlah prajurit dibandingkan luas wilayah Indonesia. Selain itu, jumlah prajurit pada tahun 2013 ini, juga terlalu kecil dibandingkan dengan jumlah warga Indonesia yang perlu dilindungi.

Moeldoko yang juga menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) itu menjalani uji kepatutan dan kelayakan calon Panglima TNI di Komisi I DPR, Rabu 21 Agustus 2013. Jika dibandingkan dengan luas wilayah Indonesia, kata dia, seorang prajurit menjaga wilayah seluas 5,79 kilometer persegi.

Jika dibandingkan dengan Malaysia, kata Moeldoko, perbandingannya satu orang prajurit Malaysia, mengamankan wilayah seluas 4,12 kilometer persegi. Sementara, satu orang prajurit Thailand mengamankan 2,71 kilometer persegi. Di Singapura, satu orang prajurit hanya mengamankan 0,01 kilometer persegi.

Rasio prajurit TNI untuk keselamatan jiwa warga Indonesia, juga sangat jauh. Moeldoko mengatakan, satu orang prajurit TNI harus melindungi 722 orang warga Indonesia. Jika dibandingkan dengan Malaysia, hampir separuh. Di mana, satu orang prajurit Malaysia, harus menjaga 310 orang.

Di Thailand, satu orang prajuritnya harus melindungi 342 orang dan satu orang prajurit Singapura harus melindungi 91 warganya. "Untuk mengembangkan rasio, saya akan meningkatkan kualitas SDM dan ketercukupan alutsista secara bertahap," kata Moeldoko.

Masalah lain yang dia soroti adalah keterbatasan anggaran untuk TNI. Padahal, Moeldoko punya visi dan misi untuk meningkatkan profesionalisme prajurit dan peningkatan kualitas pendidikan. Selain itu, prajurit TNI, juga diharapkan dapat dilengkapi dengan alutsista yang argonomis.

"Keterbatasan sumber daya anggaran menjadi kendala untuk melengkapi alutsita dan pemeliharaannya serta prasarana dan latihan," kata dia.

Di sisi lain, kata Moeldoko, perlu ada peningkatan penghasilan prajurit TNI. Saat ini penghasilan TNI masih sangat jauh dibanding dengan institusi lainnya.

Selain itu, kurang adanya dukungan dengan fasilitas kesehatan seperti Rumah Sakit Militer dan perumahan prajurit TNI. "Kondisi ini secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi profesionalismenya. Untuk itu, perlu langkah inovasi," ujar dia.

sumber : Viva

RI Mampu Buat Kapal Induk yang Bisa Didarati 8 Helikopter



BUMN produsen kapal, PT PAL Indonesia (Persero) berencana mengembangkan kapal induk versi militer. Kapal ini nantinya mampu didarati hingga 8 unit helikopter. 

Kapal induk versi Indonesia ini, merupakan pengembangan dari kapal tipe Double Skin Bulk Carrier, Star-50 dengan berat 50.000 ton bobot mati (DWT).

"Star 50 dirancang untuk kapal induk. Kita siapkan rancangan. Dirancang untuk 8 helikopter. Belum termasuk yang disimpan di hanggar," ucap Petugas Penjaga Stand PAL Utario EP kepada detikFinance di acara Kongres Diaspora, JCC Senayan Jakarta, Selasa (20/8/2013).

Kapal ini nantinya diproduksi berdasarkan permintaan pemerintah Indonesia. Induk dari kapal ini yakni varian STAR 50 merupakan kapal angkut curah yang hanya dijual untuk pasar internasional. Kapal Induk yang nantinya dibuat dan dirancang di Surabaya, Jawa Timur, namun tidak dikonsep untuk didarati jet tempur.

"Kalau jet tempur kapalnya susah manuver di Indonesia karena laut kita nggak dalam," jelasnya.

Kapal Induk buatan Indonesia ini nantinya akan menjadi kapal angkut helikopter atau helicopter carrier. Untuk versi pendahalunya STAR-50 telah diproduksi sejak tahun 2005 untuk angkutan curah.


sumber : Detik

Senin, 19 Agustus 2013

Pemerintah Siagakan TNI AL dan AU di Papua


Tersiarnya kabar soal rencana sejumlah aktivis dari Australia yang hendak menyeberang ke Papua, mendapat respons serius pemerintah. 

“TNI Angkatan Laut (AL) dan Angkatan Udara (AU) sudah disiagakan untuk mengantisipasi perjalanan mereka,” kata Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, Djoko Suyanto, di Jakarta, Ahad (18/8).

Sebelumnya, dikabarkan sekelompok aktivis Australia hendak berlayar di Papua. Kelompok yang menamakan diri Freedom Flotilla, mempersiapkan tiga kapal untuk berlayar dari Cairns ke Papua dengan tujuan menyoroti perlunya perdamaian dan stabilitas di daerah itu. 

Awaknya terdiri dari sejumlah sesepuh Aborigin, pengungsi Papua, pembuat film dan aktivis lainnya.

Djoko mengatakan dirinya telah mengkonfirmasi hal tersebut kepada Duta Besar Australia untuk RI, Greg Moriaty. Menurut sang Greg, para aktivis itu rencananya berlayar dari Cairns ke Papua Nugini (PNG). “Bukan ke Indonesia (Papua),” jelas Menkopolhukam.

Kepada Moriaty, Djoko juga menyampaikan, sebaiknya tidak boleh ada negara menjadi tempat pemberangkatan siapa pun yang mengganggu kedaulatan negara lain.

“Ini sudah sangat jelas. Kalau aktivitas mereka itu dikaitkan kekerasan dan hak asasi manusia (HAM), kita juga memiliki concern yang sama,” tegas Djoko.

sumber : Republika

Minggu, 18 Agustus 2013

Rusia Tawarkan Sepuluh Kapal Selam untuk Indonesia

Rusia menawarkan sepuluh unit kapal selam kepada Indonesia. Meski demikian, tidak bisa serta-merta diterima sebab pemerintah masih harus mengeluarka biaya perawatan.
Selain itu pemerintah masih mempertimbangkan masa pakai alat utama sistem senjata (alutsista) tersebut.
"Memang ada tawaran lagi 10 kapal selama dari Rusia," kata Menteri Pertahanan (menhan) Purnomo Yusgiantoro, Purnomo di kompleks Istana Merdeka, Jakarta, Sabtu (17/8).
Dia mengatakan, kapal selam yang ditawarkan Rusia merupakan kapal selam bekas. Penawaran 10 unit tersebut atas dasar kedekatan kedua negara.
"Tentu kita pertimbangkan karena nanti juga ada biaya perawatan, biaya pemeliharaan, perbaikan dan lain sebagainya itu kita hitung dulu jangan buru-buru," lanjutnya.
Sementara itu Indonesia juga sudah memesan kapal selam yang dibangun di Korea Selatan. Diharapkan, kapal pembangunan selam tersebut selesai pada tahun depan. Saat ini pemerintah sedang melakukan survei untuk meletakkan kapal-kapal selam tersebut. Wilayah yang dibidik antara lain di Palu, Sulawesi Tengah (Sulteng).

sumber : Berita Satu

Senin, 12 Agustus 2013

India Bangun Kapal Selam Nuklir dan Kapal Induk Sendiri

Keduanya didesain dan dibangun di India.

INS Arihant, kapal selam nuklir pertama dengan desain dan buatan India.
INS Arihant, kapal selam nuklir pertama dengan desain dan buatan India.
Industri pertahanan India terus menggeliat. Pekan ini, India akan meluncurkan kapal selam bertenaga nuklir dan kapal induk buatan dalam negeri.

Diberitakan kantor berita BBC, Senin 12 Agustus 2013, kapal selam nuklir bernama INS Arihant itu merupakan kapal selam pertama yang didesain dan dibangun di India. Saat ini, kapal selam tersebut sedang menjalani tes di lautan.

"Raksasa telah masuk ke dalam lautan, dengan teknologi dalam negeri," kata Perdana Menteri India, Manmohan Singh.

Teknologi Arihant sangat mumpuni. Para pakar menilai, Arihant merupakan kapal selam nuklir dengan teknologi rudal kendali balistik. Selain India, hanya lima negara yang memiliki kemampuan kapal selam seperti itu, yaitu AS, Inggris, Perancis, Rusia dan Cina.

Arihant akan menambah kemampuan pertahanan India dalam matra laut. Sebelumnya, India hanya mampu meluncurkan rudal balistik dari udara dan darat. Arihant didesain dapat membawa 100 pelaut, dapat bergerak di dalam air dengan periode yang sangat lama dan hal tersebut akan membuat pergerakan kapal selam menjadi sulit dideteksi.

Sebagai perbandingan, India juga mengoperasikan kapal selam diesel namun harus sering muncul ke permukaan untuk mengisi ulang baterai. Reporter BBC melaporkan, jika uji coba berjalan lancar maka kapal selam kebanggaan masyarakat India ini akan masuk dalam jajaran kekuatan tempur India dalam dua tahun.

India telah mengoperasikan satu kapal selam nuklir buatan Rusia dalam angkatan lautnya tahun lalu. Kapal selam bernama INS Chakra tersebut disewa selama 10 tahun dengan biaya US$1 miliar.

Selain kapal selam, India hari ini juga meluncurkan kapal induk yang didesain dan dibangun di dalam negeri. Dilansir Times of India, Senin 12 Agustus 2013, Menteri Pertahanan AK Antony, akan meresmikan kapal induk bernama INS Vikrant.

INS Vikrant dapat membawa 36 jet temput dan berbobot 37.500 ton. Uji coba akan dilangsungkan hingga 2016 dan akan masuk dalam kekuatan tempur angkatan laut India pada 2018.

Vikrant dibangun oleh Cochin Shipyard Limited, produsen kapal terbesar di India. India akan masuk dalam daftar negara yang mendesain dan membangun kapal induk sendiri di luar Amerika Serikat, Inggris, dan Prancis.
 
sumber : Viva