Jumat, 31 Mei 2013

RI Butuh Kodam di Daerah Perbatasan

Anggota Komisi III DPRRI dari Fraksi PPP Ahmad Yani mengatakan, Indonesia harus membangun komando daerah militer (Kodam) di berbagai daerah perbatasan di Indonesia.
Kodam perlu dibangun untuk menjaga keberadaan pulau-pulau di daerah perbatasan agar tidak diduduki bangsa lain, Jumat (31/5).
Menurutnya, pembangunan Kodam di daerah perbatasan seperi di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, NTT, Papua, maupun SUlawesi Utara jauh lebih penting dari pada membuat Rancangan Undang-undang Komponen Cadang Pertahanan Nasional (RUU Komcad).
Dia menjelaskan,  kebutuhan menjaga pulau terluar Indonesia lebih mendesak."Negara Indonesia saat ini juga dalam keadaan aman. Tidak ada indikasi akan mendapat serangan asing, makanya RUU Komcad belum terlalu mendesak untuk dibuat," katanya.
Lebih baik, terang Yani, pemerintah fokus melakukan modernisasi dan perbaikan alutsista saat ini. Alutsista juga harus diperbanyak untuk menjaga Indonesia yang wilayahnya sangat luas.
Dia juga meyakini, meskipun tidak ada RUU Komcad, bangsa Indonesia akan bergerak sendirinya untuk berperang jika Indonesia akan diinvasi oleh negara lain. Terbukti pada masa penjajahan Indonesia melawan penjajah tanpa perlu dipaksa.

sumber : Republika

Siapa Lebih Berbahaya Bagi AS, Peretas Iran atau Cina?



Mei adalah bulan suram bagi keamanan siber Amerika Serikat. Pertama, pemerintahan Obama menuduh Cina membobol komputer pemerintah, kemungkinan besar mengeksploitasi kelemahan di militer AS. Lalu, pejabat AS mengumumkan bahwa sejumlah peretas, diduga disponsori pemerintah Iran, sukses menembus jaringan komputer yang mengoperasikan sistem perusahaan-perusahaan energi AS, memberi alat bagi Iran untuk menyabotase pembangkit listrik negara.

Pekan ini, Washington Post melaporkan bahwa mata-mata siber Cina telah meretas lebih dari dua puluhan nama besar dalam program persenjataan AS, di antaranya jet tempur F-35, program angkatan darat untuk menjatuhkan serangan rudal antarbenua, dan proyek kapal tempur AL AS, Littoral Combat. 

Tidak semua ancaman siber memiliki bahaya sama besar, namun pertanyaan besarnya adalah: Siapa yang memiliki peluang ancaman lebih berbahaya, peretas Cina atau Iran?

Saat ini peretas Cina memang menyedot perhatian publik lebih besar didorong pemberitaan media di AS, terkini adalah laporan mendalam New York Times pada Februari lalu.

Laporan itu menuturkan operasi peretasan sangat rahasia oleh pemerintah berbasis di Sanghai, dan juga serangan berasal dari Cina terhadap profil-profil kakap, termasuk sejumlah media di AS.

Hanya saja sejumlah pakar menyebut meski Cina memiliki kemampuan lebih besar untuk melakukan perang siber dan terus aktif mencuri rahasia-rahasia AS, serangan Iran dinilai mutlak bisa lebih mengkhawatirkan. Alasannya peretas negeri Persia itu langsung menyerang infrastruktur vital dan mengembangkan kemampuan yang memicu kerusakan serius dalam sistem listrik dan tenaga di AS.

"Cina terlibat dalam mata-mata siber, mungkin bisa dipahami," ujar kepala pejabat keamanan di Mandiant yang menjadi konsultan ratusan perusahan, Richard Bejtlich. "Kita bisa tahu batas mana yang akan mereka lewati dan mana yang tidak." imbuhnya kepada Mother Jones,Kamis (30/5)

"Namun Iran, negara ini lebih menginginkan kerusakan. Mereka jalan terus dan dan menghapus semua sistem komputer, mereka mengkorupsi semua data dan sistem, menyebabkan banyak masalah."

Pakar keamanan siber dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), James Lewis, yang beberapa kali menjadi konsultan Gedung Putih, juga mengamini pendapat Bejtlich. "Serangan Iran terhadap infrastruktur vital bisa jadi ancaman paling besar, Iran jauh lebih tidak stabil dan tidak bisa dipastikan."

sumber : Republika

Kamis, 30 Mei 2013

Indonesia Terus Bangun Industri Pertahanan


Beragam cerita pahit dimasa lalu telah menjadi pijakan pemerintah untuk menata kembali industri pertahanan nasional. Bisa dikatakan pemerintah kita sudah kapok dengan tingginya ketergantungan alutsista asing. Langkah ini juga seolah menjadi kilas balik niat tulus pemerintah untuk tak mengulang kesalahan yang sama dimasa lalu. Satu tujuan besar dan amat penting kemudian ditetapkan. Tujuan itu apalagi jika bukan untuk menuju kemandirian pembuatan alutsista yang mampu mendukung kebutuhan alutsista TNI.

Upaya bangkit itu mulai terlihat dalam beberapa tahun ini. Pemerintah mulai serius membangun industri pertahanan dalam negeri. Banyak cara dilakukan untuk membuat industri ini mekar kembali, mulai dari kerjasama produksi (joint production), lisensi, hingga membuat alutsista dengan kemampuan sendiri. Selain itu dengan adanya komitmen untuk mengutamakan pengadaan alutsista produksi industri dalam negeri akan dapat memacu perkembangan industri, memperluas kesempatan kerja, dan meningkatkan penguasaan. Komitmen pemerintah tersebut disampaikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam Pidato Penyampaian Keterangan Pemerintah Atas Rancangan Undang-Undang Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2012 Beserta Nota Keuangannya di Depan Rapat Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, tanggal 16 Agustus 2011.

Buah dari hasil kerja keras ini bisa dilihat dari kondisi industri pertahanan yang mulai mengalami kemajuan berarti. Hal ini bisa ditengok dari makin menjamurnya produk alutsista buatan industri pertahanan dalam negeri. Alutsista yang muncul tak hanya terbatas pada alutsista matra udara, tetapi juga diikuti dengan kemunculan alutsista matra darat dan laut,k yang juga tak kalah seru meramaikan kebangkitan alutsista buatan dalam negeri.

Kementerian Pertahanan sebagai institusi yang berkewenangan menyelenggara-kan fungsi pembinaan potensi nasional dalam upaya mendukung pertahanan negara, berkewajiban untuk memberdayakan seluruh potensi yang ada, salah satu di dalamnya adalah “Pemberdayaan Industri Strategis Pertahanan”. Industri strategis pertahanan dibangun untuk kepentingan orang banyak untuk memenuhi kebutuhan pertahanan yang menyangkut kedaulatan negara. Industri pertahanan mempunyai peran strategis dalam penyelenggaraan pertahanan sehingga perlu didorong dan ditumbuhkembangkan agar mampu memenuhi kebutuhan peralatan yang mendukung pertahanan.

Indonesia mempunyai rencana strategis untuk membangun industri pertahanan, namun yang terpenting komitmen yang kuat untuk membangun dan mewujudkan rencana tersebut, yaitu memanfaatkan industri pertahanan dalam negeri untuk sistem pertahanan militer. Untuk itu guna mendorong peningkatan produksi industri pertahanan dalam negeri melalui kebijakan yang makro, pemerintah membentuk Komite Kebijakan Industri Pertahanan (KKIP). KKIP terdiri dari Menteri Pertahanan, Meneg BUMN, Wakil Menteri Pertahanan. Panglima TNI, Kapolri, Menteri Perindustrian, dan Menristek. Salah satu yang menjadi tugas pokok adalah membangun industri pertahanan dengan mengutamakan produksi dalam negeri sesuai dengan tingkat perkembangan dan pertumbuhan ekonomi bangsa.

Sejak digelarnya Sidang Pleno Perdana awal 2011 lalu hingga Sidang Pleno yang keempat (November 2011). KKIP telah menetapkan beberapa kebijakan strategis, di antaranya penetapan alutsista, memverifikasi kemampuan industri pertahanan, revitalisasi manajemen industri pertahanan BUMNIP dan proses pengadaan Alutsista. Pada tanggal 6 Maret 2012, KKIP mengadakan sidang kelimanya. Tujuan dan agenda sidang tersebut adalah melakukan refleksi dan memproyeksikan tugas-tugas/program KKIP ke depan dengan dua agenda utama, yaitu Kemajuan Kerja KKIP TA. 2011 dan Sasaran Kerja yang akan dicapai pada TA.2012. Hasil sidang Kelima KKIP menghasilkan beberapa poin, sebagai berikut:


  • Menhan menekankan bahwa tugas-tugas/program KKIP untuk penguasaan teknologi  pertahanan, membangun dan memperkuat industri pertahanan dalam rangka mewujudkan kemandirian pemenuhan alutsista TNI dan almatsus Polri agar senantiasa selaras/sejalan dengan Master Plan Revitalisasi Industri Pertahanan dan Grand Strategy KKIP.
  • Kerangka pokok/program kerja lima tahunan (2010 s.d 2014) KKIP sebagai berikut:
  1. Penyiapan Regulasi Industri Pertahanan,
  2. Penetapan Kebijakan Nasional Dalam Rangka Stabilisasi dan Optimalisasi Industri Pertahanan,
  3. Formulasi dan Penetapan Program Kerja KKIP,
  4. Penyiapan Produk/Industri Pertahanan Masa Depan (New Future Products/Defence Industry).


  • Hasil diskusi dari penyampaian Laporan Kemajuan Kerja KKIP TA. 2011 dan Sasaran Kerja KKIP TA. 2012, sebagai berikut;

  1. Dalam hal upaya pemenuhan kebutuhan Alutsista TNI dan Almatsus Polri melalui BUMNIP, Kementerian BUMN akan menggalang kesepakatan dengan BUMNIP dan akan membenahi manajemen BUMNIP termasuk menjembatani adanya pinjaman oleh Perbankan Nasional agar BUMNIP dapat bekerja sebelum dana/anggaran riil dari belanja Kemhan/TNI didapatkan. Dengan langkah ini diharapkan BUMNIP benar-benar siap memenuhi pesanan secara tepat waktu dan tepat kualitas.
  2. Menanggapi peran konsultan dalam program Transfer of Technology, Kemenristek menyarankan agar memperioritaskan penggunaan konsultan dalam negeri yang dalam hal ini bisa memberdayakan BPPT, mengingat BPPT juga selama ini mempunyai kompetensi dan pengalaman dalam audit teknologi.
  3. Pemerintah RI telah melakukan negosiasi akhir penjualan Panser APC 6X6 ANOA ke Malaysia sebanyak 32 Unit senilai total 40 juta dollar AS. Malaysia meminta pihak Indonesia melakukan imbal beli (counter trade/offset) dengan produk militer atau produk komersil Malaysia senilai 15 juta dollar AS. Untuk menindaklanjutinya, PT. Pindad diminta melakukan koordinasi dengan kementerian terkait dan dengan Tim Pokja atau Tim Asisten KKIP dan tetap melaporkan hasilnya kepada KKIP.
  4. Menanggapi tentang trade off terkait produk yang akan dibeli oleh Malaysia, Kementerian BUMN menyarankan agar sedapat mungkin tidak mengganggu program unggulan yang akan dikembangkan oleh Kementerian Perindustrian.
  5. Perihal penyiapan produk masa depan (new future products), Panglima TNI menyarankan untuk memasukkan peralatan sensor (sensor systems) untuk sistem senjata terpadu (SST) kapal selam.
  6. Panglima TNI menekankan tentang perlunya regulasi yang mengatur tentang produsen dalam negeri yang memiliki kemampuan memproduksi barang militer yang sama/sejenis seperti helm, rompi dan payung udara.
  7. Menanggapi tentang produk Unmanned Aerial Vehicle (UAV) yang dihasilkan oleh industri dalam negeri dan akan dijadikan komoditi ekspor keluar negeri, Kapolri menekankan tentang perlunya regulasi yang mengatur tentang perizinan produksi, ekspor maupun impor.
  8. Wamenhan menekankan bahwa tugas KKIP selain melaksanakan pembinaan dan percepatan revitalisasi BUMNIP, KKIP perlu juga fokus terhadap pembinaan BUMS industri pertahanan dalam negeri sebagai bagian dari upaya percepatan secara menyeluruh terhadap pemenuhan kebutuhan Alutsista TNI dan Almatsus Polri.
  9. Kementerian Perindustrian telah menyiapkan dan menyusun kajian teknis tentang konsep pembangunan industri Propellant dalam negeri yang perlu tindak lanjut dan persetujuan/keputusan KKIP.
Dilihat dari hasil sidang kelima KKIP tersebut dapat kita lihat bahwa Indonesia sedang mendorong, membangun dan mengembangkan industri pertahanan yang lebih baik di masa mendatang. Untuk itu maka yang harus dilakukan ke depannya adalah:

  • Setiap kebijakan yang telah ditetapkan harus benar-benar diimplementasikan dalam bentuk program kerja yang lebih terencana, terukur, terkoordinir dan dapat dipertanggungjawabkan.
  • Penting adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan supervisi pada pelaksanaan pencapaian sasaran sebagaimana yang telah ditetapkan sesuai masterplan revitalisasi industri pertahanan tahun 2010-2014.
  • Diperlukan kesamaan pola pikir, pola sikap dan pola tindak dari semua pemangku kepentingan dalam rangka memberdayakan industri pertahanan dalam negeri.
  • Perlu adanya sosialisasi kebijakan nasional secara terus menerus dan dijadikan pedoman oleh pejabat perumus kebijakan pada tingkat kementerian/lembaga, Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian Republik Indonesia dan kalangan industri dalam rangka merealisasikan proses revitalisasi, membangun dan memberdayakan industri pertahanan dalam negeri sesuai fungsi dan tugasnya masing-masing.
Revitalisasi industri pertahanan nasional yang sudah diinisiasi pemerintah tampaknya tidak boleh hanya dianggap sebagai proyek nasional semata. Tumbuh kembangnya industri pertahanan sebuah negara membutuhkan komitmen yang kuat serta kepemimpinan yang konsisten dan berkesinambungan.

sumber : Setkab RI

Rabu, 29 Mei 2013

Israel Mengancam Menindak Rusia Jika S-300 Sampai ke Suriah


Menteri Peperangan rezim Zionis Israel mengancam akan menunjukkan reaksi keras jika rudal-rudal S-300 Rusia sampai ke tangan Suriah.

Stasiun TV Alalam (29/5) melaporkan, Moshe Yaalon mengatakan, "Rudal-rudal S-300 sampai saat ini belum keluar dari Rusia, akan tetapi Tel Aviv akan bertindak jika sampai rudal-rudal itu dikeluarkan." Namun ia tidak menunjukkan bagaimana Israel akan bertindak.

Sergei Ryabkov, Deputi Menteri Luar Negeri Rusia kemarin, Selasa (28/5) mengumumkan, penjualan rudal-rudal S-300 ke Suriah akan mencegah intervensi kekuatan-kekuatan asing dalam perang yang terjadi di negara itu.

Ryabkov menambahkan, "Moskow tidak bermaksud meninjau ulang masalah ini."

Ditegaskannya, "Penjualan S-300 ke Suriah dilakukan berdasarkan sebuah perjanjian yang telah ditandatangani lima tahun lalu dengan Damaskus."

Menurutnya S-300 tidak mungkin jatuh ke tangan kelompok bersenjata dalam kondisi lapangan seperti sekarang ini.

sumber : Indonesian Irib

Antisipasi Serangan Barat, Rusia Kirim Anti-Rudal ke Suriah

 Sistem anti rudal jet tempur S-300 buatan Rusia
S-300


Pemerintah Rusia akan mengirim sistem pertahanan anti rudal jet tempur ke Suriah untuk mengantisipasi serangan-serangan dari Barat. Bantuan ini akan diberikan menyusul keputusan Uni Eropa menghapuskan embargo bantuan senjata bagi para pejuang Suriah.

Diberitakan Telegraph, Selasa 28 Mei 2013, Rusia mengatakan akan mengirim sistem anti-rudal S-300 pada rezim Bashar al-Assad. Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov menegaskan bahwa ini adalah cara untuk menghentikan campur tangan negara-negara "berdarah-panas" di Barat. 

"Saya katakan, kami akan tetap mengirimkannya. Kami meyakini langkah ini akan membendung skenario negara-negara 'berdarah-panas' yang ingin mencampuri konflik ini," kata Lavrov.

Sebelumnya awal pekan ini, para menlu Uni Eropa sepakat untuk menghentikan embargo senjata pada para pejuang Suriah. Langkah ini digawangi oleh Inggris dan Prancis. Menlu Inggris WIlliam Hague mengindikasikan bahwa mereka akan segera mengirimkan bantuan bagi pejuang Suriah.

Embargo ini pertama kali diberlakukan pada Mei 2011 kepada pejuang maupun rezim Suriah. Februari tahun ini, Menlu Eropa sepakat untuk memberikan bantuan non-militer pada pejuang Suriah untuk melindungi warga sipil dari pasukan Assad.

Beberapa negara menentang penghentian embargo, salah satunya adalah Austria. Menlu Austria Michael Spindelegger mengatakan, pemberian senjata hanya akan memperburuk konflik yang telah menewaskan lebih dari 80.000 orang itu.

sumber : Republika

Selasa, 28 Mei 2013

Test Flight Dua Pesawat Tempur Sukhoi Berjalan Sukses


Test Flight dua Pesawat Tempur Sukhoi SU-30 MK2 yang dilaksanakan selama satu hari , Senin (27/5) dengan Pilot Alexander dan Sergey, yang sebelumnya menjalani perakitan di Skadron Teknik 044 oleh Tim Teknisi dari Rusia yang dibantu Teknisi dari Skadron Teknik 044 berjalan lancar dan sukses.

Pelaksanaan test flight dua Pesawat Tempur Sukhoi pesawat tempur SU-30 MK2 buatan KNAAPO (Komsomolsk-na Amure Aircraft Production Association) Rusia, pesanan pemerintah Indonesia buatan Rusia yang tiba di Lanud Sultan Hasanuddin beberapa hari yang lalu, diawali dengan pelaksanaan briefing penerbangan yang dihadiri Kadisops Kolonel Pnb Widyargo Ikoputra.S.E mewakili Komandan Lanud Sultan Hasanuddin Marsma TNI Barhim, Pilot Test Flight dari Rusia, Pejabat Skadron Udara 11 serta Petugas PLLU dan Meteo Lanud Sultan Hasanuddin.

Test Flight pesawat tempur canggih yang kurang lebih dua jam dimulai pada pukul 09.00 Wita dilaksanakan di atas udara Lanud Sultan Hasanuddin dan sekitarnya dengan melaksanakan berbagai manuver diudara tersebut disaksikan langsung oleh Para Kepala Dinas serta Pejabat Staf Lanud Sultan Hasanuddin berjalan lancar dan sukses.


sumber : TNI AU

Kemenhan: Boleh Jadi Jumlah Intel Asing Memang 60 Ribu Orang

Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Keamanan, Mayjen Hartind Asrin.
Staf Ahli Menteri Pertahanan Bidang Keamanan, Mayjen Hartind Asrin.
Pernyataan mantan kepala staf TNI Angkatan Darat (AD) Jendral (purn) Ryamizard Ryacudu beberapa tahun lalu soal adanya 60 ribu agen asing di Indonesia mendapat konfirmasi pemerintah.
Staf Ahli Menteri Pertahanan Mayjen TNI Hartind Asrin menjelaskan, meski pernyataan tersebut hanya berbentuk opini publik, namun bukan berarti data itu tidak valid.
"Boleh jadi jumlah mereka mencapai angka tersebut. Kita semua harus waspada,"ujarnya saat dihubungi Republika, Senin (27/5) malam. Untuk penanganan intel tersebut, Hartind menegaskan, 'bola' ada di tangan Badan Intelijen Nasional (BIN). Sedangkan, pemerintah hanya sebatas membuat kebijakan. 
Tidak hanya itu, dia menjelaskan, media juga bisa berperan untuk membantu pengungkapan keberadaan agen asing ini. Menurutnya,  mereka menggunakan beragam profesi seperti wartawan, peneliti, hingga Lembaga Swadaya Masyarakat.

sumber : Republik

Senin, 27 Mei 2013

‘Alutsista Harus Bisa Dikonversi untuk Bantu Sipil Saat Darurat'


Pengamat Militer dari Universitas Muhammadiyah Malang Muhadjir Effendy mengatakan, sebaiknya pemerintah membeli alat utama sistem senjata (alut sista) yang bisa dikonversi untuk membantu warga  sipil dalam keadaan darurat, Senin, (27/5). 
Misalnya, ujar Muhadjir, pemerintah membeli kapal perang yang bisa digunakan untuk mengangkut warga untuk mudik pada saat lebaran. Sebab saat lebaran banyak warga yang tidak terangkut kendaraan umum karena tiket habis. 
Pemerintah, kata Muhadjir, juga harus membeli tank-tank yang bisa digunakan untuk menyelamatkan warga yang terkena musibah gunung meletus. Terdapat tank-tank khusus yang tahan terhadap panasnya lahar.
Negara-negara maju lainnya seperti Inggris dan Cina sudah memiliki alutsista yang berfungsi membantu rakyat sipil dalam keadaan darurarat. Sehingga alutsista tersebut terus berguna walapun negara tidak dalam keadaan perang,” kata Muhadjir. 
Menurut Muhadjir, Indonesia memiliki 500 ribu tentara yang tidak pernah perang. Sebaiknya para tentara tersebut dilibatkan dalam aksi sosial untuk menanggulangi bencana maupun memperbaiki berbagai sarana publik di masyarakat.
 Kekuatan militer yang tidak pernah digunakan, kata Muhadjir, akan menjadi idle capacity. Tentara sering latihan perang terus namun tidak pernah perang.
 Ini, lanjut Muhadjir, menimbulkan sejumlah oknum tentara merasa bosan. Salah satu akibatnya, kejadian di Lapas Cebongan. “Jika dilatih perang terus namun menganggur, maka hasil pelatihan bisa digunakan untuk hal-hal negatif,”katanya.

sumber : Republika

Israel Jadi Sasaran Roket Lebanon Selatan

Sebuah roket ditembakan dari Lebanon selatan ke arah Israel. Peluncuran roket tersebut terdengar dari kota Libanon Marjayoun sekitar 10 km dari perbatasan Israel.
Militer Israel menyatakan, menginvestigasi laporan dari warga di utara Israel, Metula yang mendengar ledakan. Meski demikian, tidak ada peluncuran yang terdeksi dan tidak ada laporan kerusakan.
"Sebuah ledakan terdengar. Tentara mencari di daerah. Penyebabnya masih diinvestigasi," ujar juru bicara militer Israel dilansir BBC
Sumber kedua Israel mengatakan ledakan itu bisa jadi bersumber dari granat. Siapa yang bertanggungjawab terhadap ledakan tersebut belum jelas. Namun, sayap militer dari gerakan syiah, Hizbullah serta sejumlah grup militan Palestina dikenal berada di Libanon Selatan.
Sebelumnya, dua roket ditembakkan dari ibu kota Libanon, Beirut yang dikontrol Hizbullah. Empat orang terluka dalam ledakan tersebut. Insiden terjadi setelah pemimpin kelompok, Hassan Nasrallah berjanji akan tetap berada di konflik Suriah hingga akhir.

sumber : Republika

Hizbullah Siap Bantu Perang di Suriah

Pemimpin kelompok Hizbullah di Lebanon mengatakan kelompoknya tidak akan diam saja sementara tetangganya pemerintah Presiden Bashar al-Assad diserang.
Dalam sebuah pidato, Hassan Nasrallah mengatakan Hizbullah berperang di Suriah untuk melindungi Lebanon dari ancaman. Ini merupakan yang pertama kali Nasrallah secara terbuka membenarkan kehadiran Hizbullah berperang di Suriah seperti dilansir situs voa.
Pidato itu disampaikan selagi tentara Suriah dan pejuang Hizbullah yang berbasis di Lebanon melancarkan serangkaian tembakan yang tersengit dalam pertempuran yang sudah berlangsung satu minggu untuk merebut kembali kota strategis Qusair dari pemberontak.
Pengamat hak asasi manusia Suriah yang pro oposisi mengatakan kekerasan Sabtu menewaskan 22 orang. Organisasi itu mengatakan tembakan dan roket yang membombardir dan menghantam jalan-jalan utama kota itu paling sengit sejak serangan dimulai Ahad lalu. Pemberontak berjuang mempertahankan Qusair untuk melindungi jalur pasokan mereka ke Lebanon.

sumber : Republika

Minggu, 26 Mei 2013

Pengamat: Perbaikan Alutsista Lebih Dibutuhkan


Pengamat Militer dari Universitas Muhammadiyah Malang Muhadjir Effendy menilai perbaikan dan up gradealutsista lebih dibutuhkan dari pada RUU Komcad (Komponen Cadangan). Saat ini alutsista belum memenuhi minimum essential forces (kekuatan pokok minimum).

Selain itu, kata Muhadjir, RUU Komcad (Komponen Cadangan) mungkin pembahasannya tidak terlalu sulit. Namun penerapannya membutuhkan banyak anggaran.

"Dari pada anggaran yang besar hanya untuk membahas dan menerapkan RUU Komcad, alangkah baiknya jika anggaran digunakan untuk memperbarui alutsista," katanya, Sabtu, (25/5).
Indonesia sebagai negara dengan penduduk terbesar keempat dunia, ujar Muhadjir, baru bisa memenuhi 30 persen dari kekuatan pokok minimum yang dibutuhkan. "Sebaiknya pemerintah lebih mendahulukan mengejar target minimum kekuatan pokok agar postur militer semakin kuat," ujar dia.

Alutsista yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan, terang Muhadjir, antara lain peningkatan jumlah pesawat tempur, penambahan jumlah radar, serta peningkatan kualitas radar. Saat ini radar sangat terbatas jangkauannya, bahkan radar tidak bisa hidup 24 jam, hanya mampu bertahan 12 jam. 

"Daya deteksi radar juga rendah, untuk mendeteksi pesawat tempur biasa saja tidak bisa. Apalagi mendeteksi pesawat siluman," kata Muhadjir.

Negara sebesar Indonesia, ujar Muhadjir, seharusnya memiliki kapal induk, kapal angkut pesawat, dan pangkalan mobile di laut. Sehingga pengawalan tidak hanya dilakukan di darat saja, tetapi juga di laut.

Di darat, kata Muhadjir, alutsista juga sangat terbatas. Indonesia tidak punya pengembangan artileri, tidak memiliki rudal, juga tidak memiliki roket yang punya hulu ledak. 

Seharusnya Indonesia tidak membandingkan diri dengan Malaysia atau Singapura dalam militer, tapi India, Cina, dan AS. Penduduk dan luas wilayah Indonesia hampir menyamai negara-negara tersebut.

"Jika militer memiliki kekuatan yang handal, termasuk dengan alutsista yang baru dan canggih. Maka rakyat akan bangga, musuh akan takut, dan kawan akan segan,” kata Muhadjir.

sumber : Republika

Rabu, 22 Mei 2013

Foto : AASAM 2013


Tim Petembak TNI-AD kembali menyabet juara umum Lomba Menembak Australian Army Skills at Arms Meeting (AASAM) 2013 di Puckapunyal Military Area, Victoria, Australia, 29 April – 19 Mei 2013, sekaligus mempertahankan gelar Juara Umum. Jika tahun 2012, pesertanya 15 negara, tahun ini bertambah menjadi 17 negara, termasuk RRC dan Tonga yang sebelumnya berstatus sebagai peninjau.
Peserta lomba dari: Australia, Indonesia, Malaysia, Inggris, Amerika Serikat, Perancis, Thailand, Selandia Baru, Brunai Darussalam, Kanada, Singapura, Papua New Guinea, Timor Leste, Philipina, Jepang, China dan Tonga.
Indonesia mengirimkan 19 prajurit Kostrad dan Kopassus, dipimpin Mayor Setyo Wibowo dari Divisi-1 Kostrad, untuk berlomba memperebutkan 58 medali. Materi yang diperlombakan: perorangan maupun tim, pada nomor senapan, pistol, senapan otomatis dan gabungan materi senapan dan senapan otomatis.
aasam2
aasam3aasam4aasam8aasam10
aasam11aasam12aasam13aasam14
Detil kategori lomba; Riffle: 300, 400, 450 meter Deliberate, 300 meter Rapid, 200, 400 meter Snap, Service rifle long range individual aggregate, Long range team aggregate, Applied marksmanship practice, Closer quarter practice Individual an team, Barricade match, Rifle falling plates.
Pistol/Sniper: Advanced application of fire, Closer quarter practice, Combat, Service pistol individual, Assault-LSW, Team snap, Team assault/defence, Pistol tiles, Sniper observation/cold shot, Sniper snap, Night combat, Barricade teams; juga Machine Gun Match dan banyak lagi.
aasam15
aasam16aasam18aasam19aasam22aasam23aasam24aasam26aasam28aasam29aasam30aasam31aasam32aasam34
Kontingen TNI AD menjuarai Lomba dengan meraih 17 medali emas, 17 perak dan 15 perunggu. Juara kedua diraih Tim Angkatan Darat Philipina dengan 11 medali emas, 9 perak dan 3 medali. Sedangkan juara ketiga diraih tim tembak AD Australia dengan 10 medali emas, 16 perak dan 6 perunggu.
“Kontingen TNI AD dengan gemilang menang lomba tembak AASAM di Australia, meraih 17 medali emas. Selamat. Saya bangga,” ujar Presiden SBY dalam akun Twitter resminya @SBYudhoyono. Kebanggan atas kontingen Indonesia ini bertambah karena mereka menggunakan senjata buatan Pindad.
Dibandingkan AASAM 2012, lomba menembak tahun ini lebih ketat. Jika tahun 2012, Indonesia meraih 25 emas, tahun ini menyusut tinggal 17 emas.  Philipina melesat ke urutan kedua dengan 11 emas,  padahal tahun lalu menempati peringkat ke delapan dengan 1 emas. Australia merosot ke peringkat ketiga namun menambah perolehan emas menjadi 10, dibanding tahun lalu 9 emas. Malaysia pun naik ke peringkat 4 dari peringkat ke 6 pada tahun AASAM 2012.
Berikut skor lomba AASAM 2013:
Skor AASAM 2013
Skor AASAM 2013
Bandingkan dengan perolehan medali AASAM 2012, TNI AD relatif melenggang sendirian:
Medali AASAM 2012
Medali AASAM 2012
Hal ini menunjukkan negara-negara lain mempersiapkan diri lebih baik dan menjadi tantangan bagi TNI AD untuk terus mempertahankan gelar juara umum.
Senjata Pindad Semakin Diminati
Kemenangan Tim TNI AD yang berulang kali dalam lomba menembak internasional ini, membuat negara lain mulai memperhatikan senjata Pindad yang diusung TNI AD dalam AASAM, Victoria- Australia. Kualitas senjata Indonesia tidak kalah dari senjata-senjata NATO yang dibuktikan bertahun tahun di AASAM, Australia.
Juru bicara Kementerian Pertahanan, Brigjen Hartind Asrin menyatakan, beberapa negara seperti: Irak, Iran, Uganda, Kongo dan Arab Saudi tertarik membeli senjata buatan Indonesia. ”Mereka tertarik dengan senjata kita karena kualitasnya sudah internasional,” ujar Hartind.
Arab Saudi dan Irak berencana membeli senjata Senapan Serbu 2 / SS2 PT Pindad. Utusan mereka pun telah mengunjungi PT Pindad. Diharapkan Irak merealisasikan pembeliannya tahun ini dan Arab Saudi tahun 2014.
Lomba tembak AASAM merupakan ajang tahunan yang diselenggarakan Angkatan Darat Australia sejak tahun 1984 dan pertama kali dibuka untuk kontingen Internasional tahun 1988. ( Photo: FB AASAM 2013 / JKGR)

sumber : Jakartagreater

Tank dari Jerman Berlabel ‘Leopard RI’


Miniatur Tank Leopard 2A5 Indonesia

Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro, menegaskan dalam waktu dekat pesanan Tank Leopard dari Jerman akan datang. Tank tersebut sudah dimodifikasi dan nantinya akan berlabel ‘Leopard RI’. 

“Leopard itu sudah dimodifikasi dan itu akan terpakai untuk daerah tropis. Karena itu namanya Leopard RI karena sudah di adjusted yang bisa dipakai didaerah tropis,” katanya, Selasa (21/5). 

Tadinya, pemerintah hanya akan mendapatkan 44 Tank Leopard. Tetapi, ia merasa cukup beruntung karena dengan anggaran 44 tank baru, Indonesia justru bisa mendapatkan sekitar 160 Tank Leopard. “Tadinya, dengan uang yang sama, kita hitung hanya dapat 44 brand new (tank). Tapi dengan uang yang sama kita bisa mendapatkan 100 main battle tankterus kita dapat lagi sekitar 50 medium battle tank,” katanya. 

Meski bekas, ia menegaskan alutsista tersebut tetap bisa digunakan dan bahkan sudah cocok dengan kondisi NKRI. Menurutnya, hal tersebut justru lebih menguntungkan. 

Untuk diketahui, hal yang sama juga pernah terjadi pada saat pembelian pesawat F16 dari Amerika Serikat. Indonesia pada awalnya akan membeli pesawat baru sebanyak enam pesawat. Tapi dengan F-16 yang tidak baru, namun masih bisa digunakan dan dimodifikasi, Indonesia bisa mendapatkan lebih dari enam unit.

sumber : Republika

AS Akui Pesawat Militernya Langgar Wilayah Udara Indonesia

Pesawat Dornier seri 328 (ilustrasi)
Pesawat Dornier seri 328


Amerika Serikat mengakui kesalahan pesawat militer Dornier seri 328 miliknya yang melintasi wilayah udara zona terbang Indonesia dan mendarat di Bandara Sultan Iskandar Muda, Banda Aceh.

"Kesalahan mendaratnya pesawat itu ada di pihak kami," kata Duta Besar AS untuk Indonesia Scot Marciel saat mendampingi Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman bertemu sejumlah mahasiswa di Pusat Kebudayaan Amerika di Jakarta, Selasa.

Pesawat itu berangkat dari Maladewa menuju Singapura tapi terpaksa mendarat di kawasan Indonesia karena mengalami kekurangan bahan bakar pada Senin (21/5) pukul 14.00 WIB.

Marciel menerangkan awak pesawat Dornier 328 semula menduga jika izin terbang di kawasan Indonesia masih berlaku tapi kenyataannya telah kedaluwarsa.

Pesawat militer itu sejatinya dalam perjalanan dari Maladewa menuju Singapura, namun di tengah perjalanan bahan bakar pesawat menipis dan terpaksa mendarat darurat di teritorial Indonesia.

Sementara itu, Komandan Pangkalan TNI AU Sultan Iskandar Muda Kolonel Pnb Supri Abu di Aceh Besar mengatakan pesawat militer AS itu melintasi wilayah udara Indonesia dan terlacak radar saat berada di udara Lhokseumawe. "Kami tidak perlu susah-susah menerbangkan pesawat kami untuk menggiring mereka mendarat. Karena mereka sendiri yang meminta izin kami supaya bisa mendarat di bandara Sultan Iskandar Muda," kata dia.

Dia mengatakan setiap pesawat militer luar negeri yang melintas di kawasan udara Indonesia harus memiliki dua izin, yakni dari kementerian luar negeri dan Mabes TNI, namun pesawat militer AS tersebut tidak memiliki kedua izin tersebut.

Pesawat Dornier 328 bernomor lambung lambung 13075 itu ditumpangi lima awak yang terdiri dari tiga orang militer dan dua sipil.

sumber : Republika

Selasa, 21 Mei 2013

TNI AL Masih Lemah Di Aspek Pertahanan Udara Kapal Perang

Personel TNI AL saat membidik target dengan rudal Mistral SHORAD dari atas frigat Van Speijk
Personel TNI AL saat membidik target udara dengan rudal Mistral SHORAD dari atas frigat Van Speijk

Unggulnya aspek rudal anti kapal nyatanya tidak sejalan dengan elemen rudal anti serangan udara (SAM/surface to air missile) pada kapal perang TNI AL. Alasannya masih sangat sedikit kapal perang TNI AL yang dibekali SAM, dan itu pun tidak semua SAM melengkapi armada kapal perang, sebagai contoh KCR kelas Clurit dan FPB-57 yang tak dibekali SAM. Kualitas SAM di kapal perang TNI AL juga masih terbatas dalam terminologi SHORAD (Short Range Air Defence), dalam hal ini di dominasi keluarga rudal Mistral. Versi paling maju yang ditempatkan pada frigat kelas SIGMA, dimana Mistral dipasang dengan peluncur terpadu berpengendali otomatis Tetral. Sedangkan model yang dioperasikan secara manual, Simbad diadopsi untuk menggantikan Sea Cat pada frigat kelas Van Speijk.

Menyadari kapal perang bakal menjadi bulan-bulanan dalam pertempuran laut, aspek pertahanan udara mutlak dipersiapkan secara terpadu. Selain SAM, keberadaan kanon reaksi cepat juga sangat berperan, seperti kanon OTO Melaradan Bofors 57 mm MK.2. Tapi kanon dengan kaliber menengah punya kelemahan dari sisi kecepatan tembak, jumlah proyektil yang diumbar kurang ideal untuk menghadang laju rudal anti kapal. Untuk itu diperkukan sistem CIWS, berupa pertahanan titik berbasis kanon super reaksi cepat dengan kaliber 20 – 30 mm. Dengan sistem sensor pemandu tembakan canggih, kanon CIWS dapat memuntahkan sampai 5.000 proyektil dalam satu menit (AK-630 buatan Rusia). Selain handal menghadang terjangan rudal dan jet tempur, CIWS juga mampu melibas terjangan torpedo yang mengarah ke lambung kapal.

Phalanx CIWS 20 mm buatan AS, punya jangkauan efektif 3.600 meter dan kapasitas amunisi 1.550 peluru. Kecepatan tembak 4.500 proyektil per menit.


Sampai saat ini Indonesia masih tertinggal dalam mengoperasikan kanon CIWS, satu-satunya CIWS yang ada adalah tipe AK-230 buatan Rusia yang terpasang pada korvet Parchim. Dengan mengandalkan dua laras, AK-230 30 mm yang dirancang pada era Perang Dingin ini dapat memuntahkan 1.000 proyektil per menitnya. Performanya tentu sudah tak sebanding dengan CIWS masa kini, dan muntahan 1.000 per menit belum cukup ideal untuk mengamankan kapal perang dari serbuan rudal yang berkecepatan supersonic. Lepas dari proteksi CIWS dan rudal SAM SHORAD, umumnya kapal frigat dan korvet juga dilengkapi sistem penangkisan pasif, wujudnya berupa pengecohan lewat chaff atau flare. Tapi tetap penangkisan pasif adalah pilihan terakhir, dan kurang menjamin pertahanan udara pada kapal.

TNI AL sendiri menyadari kebutuhan akan sista CIWS, untuk menghadang laju rudal harus dipersiapkan kanon multi laras model Gatling agar laras tidak terlampau panas dalam pengoperasian. Dalam proyeksi pengadaan KCR generasi baru, seperti KRI Clurit, KRI Kujang, dan KRI Klewang, semuanya sudah dipersiapkan platform untuk mendukung CIWS. Contohnya paling nyata adalah KRI Klewang yang baru-baru ini terbakar habis, kapal berdesain trimaran ini siap diintegrasikan dengan CIWS berikut sistem kendali senjata dengan teknologi CSIC dan CPMIEC dari Cina. Dudukan kanon CIWS pun sudah disiapkan di atas anjungan, untuk kandidat disebut-sebut Type 730 buatan Cina. Type 730 mampu memuntahkan 5.800 proyektil per menit dengan jarak tembak efektif 3.000 meter. Kanon dengan 7 laras ini kabarnya telah dipesan 3 unit oleh Mabes TNI.

Type 730 30 mm buatan Cina, jangkauan efektif 3.000 meter dan kecepatan tembak 5.800 proyektil per menit.

Besar kemungkinan Type 730 yang akan datang ke Indonesia bakal dipasang pada korvet kelas SIGMA, pasalnya kapal perang tercanggih TNI AL ini hanya mengandalkan kanon OTO Melara Super Rapid, kanon Vektor G12 20 mm, dan rudal Mistral untuk elemen pertahanan udara, hadirnya CIWS mutlak diperkukan untuk jenis kapal perang utama TNI AL ini. Pengadaan korvet nasional yang akan diterima TNI AL pada tahun 2016 juga sudah menyetujui kelengkapan CIWS sebagai senjata standar, salah satunya pengadaan PKR (Perusak Kawal Rudal) 10514 yang nantinya akan diterima TNI AL dengan mengadopsi Phalanx buatan AS atau Goalkeeper buatan Belanda.

sumber : Indomiliter

Senin, 20 Mei 2013

Isu Rudal Hizbullah Cemaskan Israel



Isu pengiriman senjata canggih untuk gerilyawan Lebanon Hizbullah telah membuat Israel cemas.
"Kami akan bertindak sejalan dengan kebijakan yang telah kami tetapkan untuk mencegah sekuat mungkin pengiriman senjata canggih kepada Hizbullah dan anasir teror," kata Perdana Menteri Benjamin Netanyahu seperti dikutip Radio Militer Israel, Ahad (20/5).
"Pemerintah Israel menjamin kepentingan tertinggi negara. yaitu keselamatan warganya," kata Netanyahu, seperti dilaporkan kantor berita Cina Xinhua.
Pernyataan itu dikeluarkan beberapa jam setelah harian Inggris, Sunday Times melaporkan Suriah telah menyiagakan baterai rudal paling canggihnya secara tertata untuk menyerang Tel Aviv. Ini sebagai tindakan jaga-jaga kalau Israel melancarkan serangan lain terhadap wilayahnya.
Hizbullah dilaporkan telah memiliki persenjataannya sendiri. Yaitu rudal Tishreen buatan Suriah yang dikenal dengan nama M-600. 
Rudal tersebut memiliki jangkauan lebih dari 200 kilometer hingga Israel Tengah. Masing-masing dapat membawa hulu ledak seberat setengah ton.
Uzi Rubin, ahli terkemuka rudal Israel, mengatakan kepada Sunday Timesbahwa Suriah memiliki banyak rudal Tishreen. 
Ditambahkannya, penembakan rudal itu ke Israel dapat berpotensi melumpuhkan semua penerbangan komersial yang datang ke atau pergi dari negeri tersebut.
Israel diduga menyerang Damaskus awal Mei dengan sasaran pengiriman rudal canggih buatan Iran, Fateh-110, untuk Hizbullah.
Israel belum secara resmi mengakui serangan tersebut. Tapi beberapa pejabat Israel yang tak mau disebutkan jati dirinya mengonfirmasi keterlibatan negara Yahudi itu.

sumber : Republika

Latgab TNI 2013 : Pasukan Darat Gabungan Bergerak Ke Sasaran Berikutnya


Setelah berhasil menguasai sasaran pertama (GT-1) dan memukul mundur pasukan musuh, Komando Tugas Darat Gabungan (Kogasratgab) TNI melaksanakan perencanaan dan persiapan untuk merebut dan menguasai sasaran berikutnya (GT-2). Sementara itu pasukan panyerang dan pasukan perkuatan melaksanakan gerak maju ke titik berkumpul sasaran (TB SAS) di Kaliorang, Kutai Timur, Kalimantan Timur, Kamis (16/5).
Pasukan bergerak dari kedudukan dengan formasi seperti serangan pertama, yaitu melalui tiga poros serangan. Yonif-509 Kostrad bergerak di poros kiri serangan diperkuat oleh Tank Scorpion Yonkav-8 Kostrad yang siap sedia untuk memberikan bantuan tembakan, bila terjadi kontak dengan pasukan musuh. Di poros tengah, bergerak pasukan Yonif-515 Kostrad yang diperkuat satu kompi Yonif Mekanis-202 Dam Jaya. Sedangkan di poros kanan, bergerak pasukan dari Yonif Linud-501 Kostrad dan pasukan dari Batalyon Marinir TNI-AL.
Untuk pasukan perkuatan, satu Baterai Yonarmed-12 Kostrad melaksanakan pemindahan stelling melalui Sling Load dua pucuk Meriam 105 mm dengan menggunakan Helly Penerbad, kemudian menempatkannya pada posisi stelling untuk memberikan bantuan tembakan saat serangan dari pasukan penyerang. Sementara itu, pasukan perkuatan lainnya, yaitu Penerbad, Arhanud dan Zipur melaksanakan kegiatan taktis serta membuat perencanaan dan persiapan untuk merebut sasaran selanjutnya.
Serangan gencar direncanakan akan dilaksanakan esok hari dalam rangka menghancurkan dan merebut kedudukan musuh yang sebelumnya berhasil di pukul mundur.

sumber : TNI AD

Operasi Seroja : Provokasi di Lepas Pantai Dili



Meski kebanyakan kegiatan operasi Seroja berlangsung di wilayah daratan, tapi tidak bisa dipungkiri dukungan operasi lintas laut dan udara juga memegang peranan yang vital. Dari serangkain babak operasi Seroja, awal pendaratan pasukan TNI menjadi momen yang krusial, disinilah peran dari unsur armada kapal perang sebagai elemen pelindung dan kapal pendarat/LST (landing ship tank) mengambil porsi yang menentukan. Disadur dari buku Perjuangan Integrasi Timor Timur, karya Hendro Subroto, berikut disarikan beberapa kejadian yang melibatkan peran artileri kapal perang.

25 Agustus 1975 – Mengingat gawatnya situasi di Dili. Lepas tengah malam di pagi buta, KRI Monginsidi 343 dibawah Mayor (Laut) Harinto selaku Komandan, membawa satu kontingen yang dipimpin oleh Kolonel (Art) Soebijakto untuk melaksanakan perintah menjemput pengungsi di Dili memenuhi permintaan Pemerintah Portugal.

KRI Monginsidi 343 dengan awak 175 personel diikuti empat kapal dagang yang diperbantukan dari Indonesia Timur untuk mengangkut pengungsi. Semula Mayor Harianto akan membuang sauh agak jauh dari pelabuhan untuk menghindari kemungkinan terjadinya serangan mortir, tetapi Kolonel Soebijakto lulusan Artillery Advanced Course Amerika Serikat tahun 1962, memerintahkan kepadanya aga lego jangkar di dekat pelabuhan.

Menurut Kolonel Soebijakto, mortir sebagai senjata lengkung, sulit untuk menembak sasaran secara tepat (pin point). Menurut teori, kemungkinan perkenaan tembakkan mortir sebagai senjata lengkung untuk dapat mengenai sasaran adalah 2.500 berbanding 1.

Akhirnya KRI Monginsidi lego jangkar pada jarak kira-kira satu kilometer dari dermaga Dili dan menutup jalur keluar masuk ke pelabuhan menjelang pukul 03.00 pagi. Saat itu ancaman yang potensial diwaspadai adalah mortir kaliber sedang 80 mm milik Fretilin.

USS Claude Jones (DE-1033). Sebelum berubah nama menjadi KRI Monginsidi, destroyer escort ini bernama USS Claude Jones

29 Agustus 1975 – KRI Monginsidi beserta empat kapal dagang yang mengangkut Konsulat RI dan Konsultan Taiwan beserta keluarganya. Arah pengungsian mengambil tujuan ke Kupang, Makassar, dan Denpasar. Setelah KRI Monginsidi meninggalkan Dili, maka Ibu Kota Timor Timur itu pecah petempuran kembali.

21 November 1975- Pukul 20.00, KRI Ratulangi melakukan penembakkan kanon 100 mm (3,9 inchi) ke arah Atabae, Tailaco, dan Bebao. Lalu pada pukul 04.00 keesolah harinya, KRI Ratulangi melakukan bantuan tembakkan kapal gelombang kedua.

Dalam pelayaran menuju Dili, Letnan Kolonel Laut (P) Pramono Sumantri selaku komandan kapal tender kapal selam KRI Ratulangi, Kolonel Laut (P) Rudolf Kasenda dan Kolonel Laut (P) Gatot Suwardi berkumpul di ruang radar, setelah menerima laporan bahwa pada layar radar tampak dua echo yang sangat tajam. Echo itu dapat dipastikan berasal dari kapal perang. Hal ini sesuai dengan laporan kapten pesawat AC-47 Gunship TNI AU yang mengatakan bahwa dua kapal perang tidak dikenal menuju ke perairan Timor. Salah satu kapal perang itu kemudian diketahui bernama Alfonso de Albuquerque.


KRI Ratulangi. Kapal komando ini memiliki 4 pucuk kanon 100 mm dan kanon 8 pucuk kanon 57 mm

Dalam buku Jane’s Fighting Ships 1974-1975 yang menjadi patokan petunjuk bagi kapal-kapal perang AL Dunia menyebutkan bahwa Alfonso de Albuquerque (A526) adalah eks frigat HMS Dalrymple dan HMS Luce Bay dari AL Inggris kelas Bay. Frigat ini diluncurkan di galangan kapal Devenport, Inggris pada tahun 1945, dibeli oleh Portugal pada tahun 1966, kemudian dimodifikasi menjadi kapal survei yang dibekali radar dan sonar.

Sebuah kapal perang AL Portugal lainnya, mungkin dari kelas Comandante Joao Belo yang dipersenjatai dengan tiga kanon kaliber 100 mm atau frigat kelas Almirante Pereira da Silva dengan empat kanon kaliber 76 mm. Baik kapal perang Alfonso de Albuquerque maupun sebuah frigat AL Portugal telah diketahui keberadaannya di sekitar Laut Timor sejak 1 Oktober 1975.

Bahkan ketika salah satu kapal perang Portugal itu berpapasan dengan KRI Ratulangi pada 23 Oktober 1975, komandan frigat AL Portugal menyampaikan ucapan, “Have a Nice Stay” kepada komandan KRI Ratulangi yang dikirim dalam bentuk morse. Kedua kapal perang AL Portugal itu masuk ke area lepas pantai Dili pada 7 Desember 1975 pagi bertepatan dengan berlangsungnya pendaratan amfibi dan penerjunan operasi lintas udara.

Menengok sejarah Perang Pasifik, armada AL Kerajaan Jepang di bawah pimpinan Laksamana Nagamo menyerang Pearl Harbour pada 7 Desember 1941. Hari H yang dipilih oleh Laksamana Nagamo adalah hari Minggu pagi, ketika AL AS tidak bersiaga. Uniknya tanggal 7 Desember 1975 juga bertepatan dengan hari Minggu. Melihat pertimbangan diatas, dan dikaitakan dengan suhu politik yang memanas, maka cukup alasan bagi Laksamana J.B Pinheiro de Azwedo, mantan KSAL Portugal baru tiga bulan menjabat sebagai Perdana Menteri untuk mewaspadai tanggal 7 Desember sebagai hari yang mungkin dipilih sebagai H penyerbuan.

Jika tanggal 7 Desember diproyeksikan sebagai “Hari-H”, maka kemungkinan besar, “Jam-J” akan dimulai menjelang fajar untuk memanfaatkan pendadakan di pagi hari dan melakukan konsolidasi pada siang hari.

7 Dsember 1975 – Saat melakukan persiapan pendaratan amfibi di Kampung Alor, Dili. Komando Tugas Amfibi Operasi Seroja di bawah pimpinan Kolonel Laut (P) Gatot Suwardi dibanyang-bayangi oleh dua kapal perang Portugal. Menjelang fajar kedua kapal Portugal itu nampak samar-samar, ternyata kanon kapal perangnya ditutup dengan terpal sebagai tanda tidak bermusuhan.

NRP Alfonso de Albuquerque,frigat milik AL Portugal yang dilengkapi beragam kanon dan bom laut.

“Seandainya kapal perang Portugal itu tidak menutup kanonnya dengan terpal, mungkin kami terpaksa menembak lebih dahulu,” ujar Laksamana TNI (Purn) Rudol Kasenda. Letnan Kolonel Laut (P) Pramono Sumantri, memproyeksikan 4 kanon kaliber 100 mm untuk menghadapi kapal perang Portugal dan 8 kanon kaliber 57 mm untuk mendukung pendaratan amfibi. Menjelang pukul 05.00 BTP-5/Infantri Marinir melakukan pendaratan amfibi di Kampung Alor, didukung tembakkan kanon dari KRI Ratulangi. Jarak antara KRI Ratulangi dan frigat AL Portugal hanya 4 mil atau sekitar 7 km, suatu jarak yang sangat dekat untuk pertempuran laut.

Bila dilihat dari perimbangan jangkauan tembakkan dan bobot proyektil, maka kapal perang TNI AL jauh lebih unggul. Kanon kaliber 100 mm pada KRI Ratulangi mempunyai jangkauan tembakkan 30 persen lebih besar ketimbang dengan kanon berkaliber yang sama buatan Barat. KRI Ratulangi eks kapal tender kapal selam Uni Soviet kelas Don, dipersenjatai dengan 4 kanon 100 mm dan 8 kanon kaliber 57 mm. Sedangkan korvet KRI Barakuda dalam komando Tugas Amfibi dipersenjatai kanon 37 mm juga merupakan kapal perang eks Uni Soviet dari kelas Kronstadt.

Kanon 100 mm pada KRI Ratulangi maupun pada dua frigat eks Soviet kelas Riga, masing-masing KRI Lambung Mangkurat dan KRI Nuku, memiliki jarak tembak sejauh 18 km. Kanon berkaliber yang sama buatan Barat umumnya hanya memiliki jarak tembak maksimal 11.000 sampai 12.000 meter. Selain itu, proyektil kanon buatan Uni Soviet berbobot 16 kg, yang berarti lebih berat dibanding proyektil kanon kaliber yang sama buatan Barat. Kanon kaliber 100 mm pada frigat kelas Commandante Joao Belo milik AL Portugal, sejenis dengan kanon Creusot Loure 100 mm pada destroyer kelas La Galissonniere milik AL Perancis, yaitu berjarak tembak maksimal 11.000 meter dengan proyektil seberat 13,5 kg.

Mungkin berdasarkan pada perbedaan jarak tembak itu, maka frigat AL Portugal memilih mendekat pada Komando Tugas Amfibi Operasi seroja, agar tembakkan kanon perangnya dapat menjangkau sasaran. Langkah itu diambil sebagai tindakan berjaga-jaga seandainya pecah pertempuran laut.

Laksamana (Purn) Rudolf Kasenda, mantan KSAL menambahkan, “Jika sebuah saja peluru kanon 100 mm pada kapal perangnya tepat mengenai sasaran frigat Portugal, maka akan dapat melumpuhkannya.”

NRP Commandante Joao Belo, frigat berbobot 1.750 ton buatan Perancis ini dilengkapi peralatan elektronik canggih pada masanya. Senjata utamanya 3 pucuk kanon kaliber 100 mm. Saat ini sudah dimodifikasi agar mampu membawa rudal MM-38 Exocet.

Kanon Creusot Loure 100 mm buatan GIAT, Perancis, dapat dioperasikan secara otomatis, memilki kecepatan tembak 78 peluru per menit.

Tapi disisi lain, kekurangan suku cadang pada kapal-kapal perang eks Uni Soviet dalam jajaran TNI AL dapat mempengaruhi jalannya pertempuran laut. Misalnya jika gyro stabilizer, yaitu suatu bagian pada alat pengendali tembakkan untuk mempertahankan elevasi kanon sesuai dengan sudut yang telah diprogram tidak bekerja dengan baik, maka akan mengakibatkan perkenaan tembakkan kanon yang dioperasikan secara manual itu akan melenceng dari sasaran.

Seperti telah diketahui sejak tahun 1965, Uni Soviet enggan menjual suku cadang peralatan militernya kepada Indonesia. Sebaliknya kanon 100 mm pada frigat kelas Commandate Joao Belo milik AL Portugal merupakan kanon jenis baru buaatan tahun 1969 yang memiliki peralatan serba otomatis dan kubahnya dioperasikan tanpa awak. Kanon 100 mm standar AL Perancis yang pembuatannya berdasar pada program Director Techloque des Constructions Navale ini mampu menembakkan 60 proyektil per menit.

Jika frigat AL Portugal itu adalah kelas Almirante Pereira da Silva, maka persenjataanya berupa empat kanon kaliber 76 mm dan dua kanon Bofors kaliber 40 mm, masing-masing dengan 4 laras.

Pukul 02.00, kapal-kapal Komando Tugas Amfibi TNI AL tiba di lepas pantai Dili. Tiba-tiba pada pukul 03.00, seluruh listrik kota dipadamkan. Berarti Fretilin telah mengetahui kedatangan kapal-kapal perang TNI AL, sehingga faktor pendadakan dalam suatu serangan telah hilang. Malam itu seluruh kapal menyalakan lampu. Pada jarak lebih dari 10 km dari Dili maupun dari Pulau Atauro, kapal-kapal perang itu tidak akan terlihat dengan mata telanjang pada malam gelap. Di Dili tidak terdapat radar, satu-satunya kemungkinan yang dapat melihat keberadaan konvoi TNI AL adalah radar kapal perang AL yang memang sejak awal membayang-bayangi.

Laksamana (Purn) Rudolf Kasenda memastikan bahwa frigat AL Portugal telah memberikan informasi kedatangan Komando Tugas Amfibi Operasi Seroja kepada Fretilin di Dili. Informasi itu dapat disampaikan lewat markas Pasukan Para Portugal di Pulau Atauro atau langsung ke markas besar Fretilin di Dili. Sebenarnya pemadaman lampu kota Dili dapat juga terjadi secara kebetulan. Misalnya Fretilin sedang melakukan latihan, tetapi kemungkinan itu sangat kecil dan dapat diabaikan. Nyatanya di kemudian hari memang dapat dibuktikan bahwa terjadi komunikasi radio ‘segi tiga’ antara Pasukan Para Portugal di Pulau Atauro, Markas Besar Fretilin di Dili dengan kapal perang AL Portugal.

Menurut R. Kasenda, dalam rapat gabungan di Kupang pada 4 Desember 1975, telah diputuskan bahwa kapal perang TNI AL tidak melakukan penembakkan dari laut. Namun demikian karena faktor kerahasiaan dan pendadakan kedatangan Komando Tugas Amfibi telah diketahui lawan, akhirnya Brigjen TNI Suweno selaku Pangkosgasgab memerintahkan penembakkan ke pantai, atau popular dengan istilah BTK (bantuan tembakkan kapal).

USS Askari, sesudah menjadi milik TNI AL pada tahun 1971, berganti nama menjadi KRI Jaya Wiaya. Repair ship kelas Achelous ini digunakan AS pada perang Korea dan perang Vietnam.

Pertimbangan penembakan ini dilakukan untuk menurunkan moril lawan dan mengangkat moril pasukan pendarat. KRI Ratulangi menembak dengan kanon 57 mm, KRI Barakuda dan KRI Martadinata menembak dengan kanon kaliber 76 mm. Sedangkan KRI Jaya Wijaya, eks USS Askari menembakkan 4 kanon laras ganda Bofors dengan proyektil high explosive seberat 0,96 kg. Sasaran tembakkan adalah daerah pantai yang akan menjadi lokasi pendaratan dan markas Fretilin. Tembakkan dari kapal perang TNI AL itu bukan saja membuat kalang kabut warga kota Dili, tetapi juga mencemaskan pengungsi Portugal di kampong Makadade di Pulau Atauro. Dua pleton pasukan elite dan warga Portugal yang sedang menantikan kedatangan kapal perang AL Portugal yang akan mengungsi ke Australia, buru-buru menuju ke dermaga untuk kemudian diangkut dengan LCM menuju frigat.

Dengan demikian, dimulailah operasi pendaratan amfibi terbesar yang dilakukan Korps Marinir TNI AL. Unsur pendaratan yang tegabung dalam BTP-5 terdiri dari unsur pasukan tempur juga dilengkapi tank amfibi PT-76 dan pansam BTR-50. Selain pendaratan lewat laut, pada hari yang sama, elemen TNI AD (Kopassus/Kostrad) dan Paskhas TNI AU juga melakukan penerjunan pasukan lintas udara untuk menduduki posisi-posisi strategis di Dili.

sumber : Indomiliter