Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (Menlu AS) John Kerry berharap, distribusi sistem pertahanan misil canggih milik Rusia ke Suriah akan dibatalkan. Kerry menilai, distribusi senjata itu akan mendestabilisasikan keamanan Israel.
"Kami sudah mengatakan sebelumnya bahwa misil itu akan berpotensi merusak keamanan Negara Israel. Kami sudah menjelaskan, kami lebih senang jika Rusia tidak memasok senjata itu," ujar Kerry, seperti ketika berkunjung ke Italia, seperti dikutip Associated Press, Jumat (10/5/2013).
Gedung Putih turut menghimbau Negeri Beruang Merah agar memutuskan pasokan senjata, termasuk di antaranya adalah sistem pertahanan misil ke Suriah. Menurutnya, senjata tambahan itu tidak akan mempercepat munculnya solusi politik.
Israel sebelumnya sudah meminta Rusia agar menunda penjualan itu. Selain bisa mengancam Israel, eksistensi perisai misil Rusia yang canggih itu juga bisa mempersulit AS menerapkan zona larangan terbang di Suriah.
Sampai saat ini, Rusia pun jarang berkomentar mengenai transfer senjata untuk Suriah. Ketika Kerry berkunjung ke Moskow, Kerry tampaknya tidak membahas hal itu bersama Presiden Vladimir Putin.
Senjata yang akan dijual ke Suriah adalah sistem pertahanan misil S-300. Sebelum krisis Suriah berlangsung, Negeri Yahudi memang sudah mewanti-wanti pengiriman senjata tersebut.
Pada dasarnya, akuisisi S-300 hanya ditujukan untuk memperbaharui senjata pertahanan misil Suriah yang sudah usang. Namun proses transaksi itu semakin dikecam, terutama setelah jumlah korban yang tewas dalam perang saudara Suriah semakin meningkat.
Suratkabar Wall Street Journal melaporkan, kontrak penjualan itu mencapai ratusan juta dolar AS. Suriah akan mendapatkan enam buah peluncur dan 144 misil yang siap dioperasikan. Persenjataan itu akan sampai ke Suriah dalam tiga bulan ke depan.
sumber : Okezone
Tidak ada komentar:
Posting Komentar