Persenjataan pesawat tempur Sukhoi Indonesia (photo : Kaskus Militer)
Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) adalah lembaga independen internasional yang didedikasikan untuk penelitian konflik, persenjataan, pengawasan senjata dan perlucutan senjata . Organisasi ini didirikan tahun 1966, dan sekarang bermarkas di Solna, Swedia.
Laporan SIPRI yang diterbitkan pada triwulan pertama tahun 2013 memuat juga mengenai transfer persenjataan baik baru maupun second, laporan didasarkan pada Trade Register United Nations, sebagaimana diketahui semua negara anggota PBB diwajibkan melaporkan transaksi/transfer persenjataan ke negara lain sehingga perdagangan senjata secara ilegal dapat diminimalisir.
Berikut ini adalah transfer persenjataan yang terdaftar khusus untuk kawasan ASEAN dan Oceania. Disajikan secara serial. Hal-hal khusus akan diberikan tambahan artikel.
Pembelian Rudal Udara dari Rusia
SIPRI melaporkan bahwa Indonesia telah memesan sejumlah rudal udara untuk melengkapi skadron pesawat tempur Sukhoi Su-27/30 yang dimilikinya.
Pembelian paket persenjataan rudal udara ini meliputi rudal AAM R-77/AA-12 Adder, ASM Kh-29/AS-14 Kedge, Kh-31/AS-17 dan Kh-59/AS-18 Kazoo dan ARM Kh-31P. Uniknya dalam paket pembelian ini adalah pada rudal udara ke udara hanya satu versi rudal yang dibeli yaitu rudal jarak jauh/BVR AAM.
Tidak terlihat pembelian rudal udara ke udara jarak pendek maupun jarak sedang, namun jawaban pertanyaan ini dapat ditemukan bila kita melihat transaksi pada tahun 2011. Terlihat bahwa Indonesia mengakuisisi 75 unit AAM R-73/AA-11 Archer yang merupakan rudal jarak pendek.
Bila kita melihat negara-negara lain di kawasan ini, maka terlihat bahwa rudal udara ke udara berkemampuan BVR bukan merupakan barang mewah lagi, karena negara lain di kawasan : Australia, Singapore, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Myanmar juga telah menggunakan rudal tipe ini.
(SIPRI)
sumber : Defense Studies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar