Jumat, 21 Maret 2014

"Usman-Harun" Muncul di JIDD, Singapura Berang

Singapura menarik delegasi mereka dari JIDD di Jakarta.
Dua prajurit TNI AL mengenakan seragam khas Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) dengan nama Usman dan Harun di Jakarta International Defence Dialogue (JIDD),(19/3/2014).

Dua prajurit TNI AL mengenakan seragam khas Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) dengan nama Usman dan Harun di Jakarta International Defence Dialogue (JIDD),(19/3/2014).

Ketegangan antara Indonesia dan Singapura kembali mencuat paska penamaan Kapal Perang RI Usman-Harun. Singapura mengaku kecewa setelah dua prajurit memakai baju marinis dengan badge 'Usman' dan 'Harun' di acara Jakarta International Defence Dialogue, Rabu 19 Maret 2014. 

Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Singapura mengaku kecewa dengan 'insiden' itu dan menarik delegasi militer mereka dari acara tersebut, seperti dikutip dari lamanTodayonline edisi Jumat 21 Maret 2014. Diberitakan sebelumnya, Singapura menganggap Sersan Dua Usman dan Kopral Harun Said tak lebih dari teroris yang membom negaranya tahun 1965. 

"Pejabat kami di Kedutaan Jakarta sudah berbicara dengan perwakilan Kementerian Luar Negeri RI dan TNI mengenai kekecewaan kami mengenai insiden di sebuah acara internasional itu, di mana Singapura diundang sebagai tamu," kata Kemlu Singapura. 

Singapura juga mengaku bingung dengan komentar Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro yang--menurut media di Indonesia--mengatakan, "tak masalah' dengan keberadaan dua marinir bernama 'Usman' dan 'Harun' dalam acara itu. 

Laman Todayonline juga mengutip pemberitaan Tempo yang menyebutkan, kedua marinir yang mirip Usman-Harun itu adalah Sersan Hari dan Sersan Ahmad. Namun, tak jelas betul dari kesatuan mana mereka berasal. 

Jakarta International Defence Dialogue ( JIDD ) 2014 adalah forum yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama antara negara-negara di wilayah Indo - Pasifik. Forum itu diperkirakan dihadiri sekitar 500 delegasi, termasuk pejabat militer dan pejabat pemerintahan dari 46 negara. Acara ini diadakan sebagai bagian dari ulang tahun Universitas Pertahanan Indonesia.

Diberitakan sebelumnya, Usman dan Harun adalah pahlawan bagi Indonesia, namun tidak bagi Singapura.

KRI Usman-Harun
Diberitakan sebelumnya, awal Februari lalu, Singapura sempat keberatan dengan niat Indonesia menamai kapal yang baru dibeli dari Inggris: KRI Usman-Harun. Singapura menilai, Indonesia tidak sensitif. 

Usman dan Harun adalah marinir yang diperintah untuk menyusup ke Singapura tahun 1965. Kala itu, Singapura merupakan bagian dari Malaysia. Dan, Indonesia tengah berkonfrontasi dengan Malaysia. 

Tugas Usman, Harun, dan seorang lainnya bernama Gani sangat rahasia, yaitu membom pusat Singapura. Pada tanggal 10 Maret 1965, mereka berhasil melaksanakan tugas, yakni membom MacDonald House, gedung berlantai 10 di Orchard Road yang menjadi kantor Hongkong and Shanghai Banking Corporation (HSBC). Gedung itu berada di pusat keramaian Singapura. 

Reruntuhan tembok menimpa 150 karyawan bank, yang sedang merapikan pekerjaan mereka. Meja, kursi, dan mesin ketik terpental hingga ke jalan. Tiga orang tewas, dan 33 lainnya terluka. Puluhan mobil rusak berat. Kaca-kaca jendela gedung sepanjang Orchard Road hancur dalam radius 100 meter dari MacDonald House.

Sial bagi Usman dan Harun yang kemudian tertangkap otoritas Singapura. Mereka kemudian divonis mati. Keduanya digantung pada 17 Oktober 1968.

Atas jasa mereka selama konfrontasi dengan Malaysia itu, TNI AL mengabadikan nama keduanya di kapal perang yang baru dipesan dari Inggris.

sumber : Viva

Kamis, 06 Maret 2014

Dibentak Kopaska, tentara laut Malaysia kabur dari Ambalat



Ada lagi cerita menarik soal Komando Pasukan Katak (Kopaska) TNI AL. Peristiwa ini terjadi sekitar tahun 2005, saat ketegangan RI-Malaysia di Blok Ambalat.

Saat itu pemerintah RI membangun mercusuar Karang Unarang yang terletak di titik terluar. Upaya ini selalu diganggu oleh Tentara Laut Diraja Malaysia maupun Marine Police. Mulai dari bermanuver yang menimbulkan gelombang, hingga menganiaya pekerja mercusuar.

Kisah ini ditulis dalam buku Kopaska, Spesialis Pertempuran Laut Khusus yang diterbitkan dalam rangka 50 tahun Kopaska.

1 April 2005, dua kapal TLDM dan Marine Police Malaysia buang jangkar di dekat mercusuar. Upaya kapal patroli TNI AL KRI Tedong Naga mengusir mereka tak digubris.

Komandan KRI pun meminta bantuan dari personel Kopaska yang memang disiagakan di sana. Serka Ismail meminta izin komandan Tim Kopaska Lettu Berny untuk meluncur ke Kapal Malaysia.

Lettu Berny mengizinkan. Namun dia meminta Ismail tak membawa senjata agar tak terjadi kontak tembak.

Serka Ismail melaju dengan motor boat bersama Serda Muhadi dan Kelasi Satu Yuli Sungkono. Ismail memerintahkan motor boat itu melaju zigzag dengan kecepatan tinggi.

Tujuannya agar perhatian anak buah kapal (ABK) Malaysia tertuju pada motor boat. Sementara itu Ismail melompat dan berenang senyap menuju kapal Malaysia.

Tanpa diketahui satu pun ABK, Ismail naik ke atas kapal. Dia mendobrak pintu samping kapal sambil berteriak.

"Di mana kapten kapal," bentak Ismail hingga ABK Malaysia ketakutan.

Serka Ismail pun sempat membentak seorang petugas meriam kapal Malaysia.

Kapten Kapal keluar. Dengan nada tinggi Ismail bertanya apa keperluan kapal Malaysia di tempat itu. Sang kapten menjawab normatif, hanya menjalankan perintah.

"Baiklah kalau begitu. Daerah ini adalah wilayah saya (Indonesia). Jadi setelah saya turun dari kapal ini, segera pergi dari wilayah ini. Kalau tidak jangkar akan saya putuskan," sergah Ismail pada komandan kapal Malaysia.

Walau tak bersenjata, keberanian Ismail rupanya membuat nyali para ABK Malaysia ciut. Begitu Ismail lompat ke perahu karet, kapal pertama langsung angkat jangkar dan kabur dari Karang Unarang.

Namun kapal kedua tak mau pergi. Serka Ismail dan Tim Kopaska segera melaju. Aksi mereka dihalangi sehingga Ismail tak bisa naik kapal.

Ismail segera menuju tali jangkar. Dia berteriak sambil menggoyang-goyangkan tali jangkar.

"Kalau tidak pergi, tali jangkar ini saya ledakkan," ancamnya.

Berhasil. Aksi ini pun membuat kapal Malaysia meninggalkan wilayah Karang Unang.

Rupanya cukup tiga orang Kopaska untuk mengusir dua kapal Malaysia.

sumber : Merdeka