Kamis, 18 Juli 2013

Antara Leopard dan Komodo

 
Berita menyenangkan, pantas dan enak didengar, datang dari Pangdam Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman. Ketika menyaksikan penyerahan hibah 1 Helikopter Bell 412 EP dari Pemprov Kaltim ke Kemhan di Bandung tanggal 13 Juli 2013 dia katakan sedikitnya 12 MBT Leopard akan ditempatkan di Kaltim bersama dengan Heli tempur Apache. Belum lama dari berita itu ada pula berita tentang rencana besar TNI AL menyelenggarakan latihan AL gabungan 18 negara di Natuna April 2014, namanya Latgab Komodo.
 
Kiri kanan Kalimantan memang menjadi perhatian serius Cilangkap karena di dua hot spot itu telah berlaku ujian matakuliah teritorial, tepatnya klaim teritorial. Di kanan Kalimantan ada Ambalat di mana tetangga jauh di hati dekat di mata lebih merasa pantas memiliki perairan itu setelah “memperoleh” Sipadan dan Ligitan tahun 2002. Sementara di kiri Kalimantan ada suhu demam berkepanjangan karena Cina melakukan manuver kapal perang di kawasan kaya sumber daya fosil itu, Laut Cina Selatan (LCS). Yang sebelah kanan Kalimantan sudah nubruk teritori sedangkan yang kiri agaknya masih nyerempet nih.
 
Kedatangan berbagai jenis alutsista secara bergelombang tentu saja beberapa item diantaranya mestinya didekatkan dengan titik panas. Tujuannya bukan untuk memanaskan situasi tetapi lebih berperan sebagai anti biotik pertama manakala ada serangan flu yang mau uji kekuatan imunitas. Setidaknya sebagai penggentar jika tetangga sebelah mau bermain api dengan NKRI. Maka pantas jika 12-15 MBT Leopard ditaruh di Mulawarman bersama puluhan Tank Scorpion atau AMX13 untuk membentuk batalyon kavaleri komposit. Termasuk 1 detasemen Astross sebagai kekuatan jaga nilai dan harkat. Penempatan satu skuadron heli komposit Apache, Mi35, Bell 412EP diyakini sudah memberikan kekuatan percaya diri.
 
Tank Scorpion di Latgab 2013 Situbondo

Bagaimana dengan Tanjungpura. Jangan kuatir, skuadron Hawk di Supadio akan ditemani dengan skuadorn UAV canggih untuk memantau pergerakan makhluk militer di seberang Entikong atau Putusibau. Tidak hanya itu, prediksi kita batalyon kavaleri dan artileri di Kalbar juga akan diisi dengan MBT Leopard, Tank Scorpion, Tank AMX13, Panser Anoa dan Artileri Caesar Nexter. Secara infrastruktur jalan raya di Kalbar lebih baik dari Kaltim karena dari ibukota Provinsi Pontianak ke wilayah perbatasan bisa dicapai. Maka penempatan Panser Anoa di Kalbar pantas. Ini berbeda dengan Kaltim. Jalan raya di Kaltim justru sejajar dengan Selat Makassar dan Laut Sulawesi mulai dari Balikpapan, Samarinda, Bontang, Sangatta, Berau, Tanjung Selor dan Malinau. Tidak menyentuh tapal batas.
 
Untuk MEF tahap pertama yang selesai tahun 2014, sudahlah jelas alutsista apa yang dibeli dan yang mau datang. Jangan lupa MEF itu akan terus berlanjut ke tahap lima tahun berikutnya. Tentu perkuatan demi perkuatan itu akan menempatkan posisi Kalimantan sebagai prioritas asupan gizi alutsista disamping pulau-pulau lain. Jadi tetap optimis dengan alokasi alutsista terbaru yang akan ditempatkan di bumi borneo itu. Tegasnya tidak hanya 12-15 MBT, tidak hanya 1 detasemen Astross, tidak hanya 5 pucuk Caesar Nexter atau 10 Panser Anoa. Pasti akan ditambah terus secara bertahap menuju kekuatan yang disegani.
 
Kemudian melihat rencana RI mengadakan latihan gabungan AL dengan 17 negara lain di Natuna April 2014 merupakan langkah cantik sekaliguna gagah, tetapi juga harus berhati-hati. Lho kok bisa, ya iyalah cantik karena ini berkait dengan diplomasi maritim yang perlu dipertontonkan. Bahwa dengan latihan itu nanti perairan ZEE Natuna akan dilintasi armada gabungan termasuk Cina yang juga ikut latihan Komodo. Gagah karena TNI AL menjadi leadernya dan mengirim 12 KRI terbaiknya untuk memimpin konvoi kapal perang 18 negara menyisir beberapa kepulauan yang berada di wilayah NKRI. Berhati-hati karena yang ikutkan ada Cina, ada Rusia, ada Jepang, ada AS disamping negara-negara ASEAN. Itu sebabnya release resminya adalah latihan penanggulangan bencana.
 
Konvoi Anoa di Perkebunan Kelapa Sawit
Mengelola suhu konflik di LCS memang perlu kesabaran dan ketenangan. Posisi Indonesia yang tak ikut dalam klaim LCS memberi keleluasaan bagi diplomasi negeri ini ke semua pihak yang bertikai agar bisa memperoleh “kesetaraan kehormatan bersama” melalui kegiatan latihan militer bersama. Boleh jadi ini merupakan titik awal untuk bersama-sama pula mencari solusi terbaik dengan suasana kedekatan militer dan saling ketergantungan dalam hubungan ekonomi multilateral. Perspektif hubungan antar negara ke depan ini khususnya di kawasan Asia Pasifik akan semakin dinamis dan mungkin saja akan terjadi petir di siang hari. Tentu untuk mengurangi dampak petir tadi perlu ada prakarsa. Indonesia berpeluang besar memainkan prakarsa itu.
 
Kita berpandangan Leopard dan Komodo adalah kampanye. Yang pertama tentu sesuai namanya, jangan-main-main dengan kucing hutan kami kalau tidak ingin diterkam. Yang terakhir juga sesuai namanya, karena kata si Cina LCS sudah diklaim sejak jaman baheula maka memunculkan nama Komodo seakan ingin menegaskan bahwa masih ada lagi makhluk yang lebih pra sejarah, ya si Komodo itu. Bukan bermaksud menyindir tetapi kalau klaim didasarkan pada argumen kejayaan masa lalu yang sudah bernilai berabad-abad, kita pun bisa mengatakan kami ingin juga mengembalikan kejayaan Majapahit. Bagaimana koko Panda ?
 
 
sumber : Analisis

Selasa, 16 Juli 2013

Alusista progresif TNI butuh satu dekade lagi

TNI

Setelah nyaris mati suri dalam 15 tahun, modernisasi peralatan tempur Indonesia kini diklaim berjalan secara progresif.

Hingga habis masa pemerintahan Presiden SBY pada 2014, ditargetkan modernisasi sudah menjangkau sedikitnya 30% kebutuhan minimum TNI.

Ia mencontohkan beberapa rencana yang berjalan justru lebih cepat dari target."Dengan dinamika yang terjadi sekarang, (modernisasi) bisa dipercepat," kata Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro.

Pembangunan kekuatan pesawat jet F16 asal Amerika Serikat, misalnya, dari rencana hanya menambah enam pesawat baru ternyata 

"Ini belum sekarang kita di-offer 10 lagi," tambah Purnomo.

Demikian pula Hercules, yang mulanya belum masuk rencana 2013, karena hanya akan diisi dengan pesawat CN295 buatan Airbus Military dan PTDI, kini akan akan ditambah 10 buah juga bekas pakai dari Australia.

Percepatan sangat mungkin

Dengan 34 pesawat F16 dan 10 Hercules ini, Purnomo yakin postur kemampuan tempur TNI akan sangat berubah.

"Ditambah dengan yang sudah kita punya saat ini, kita akan menjadi amat kuat," janjinya dengan menggunakan ebagian pernyutaannya dalam bahasa Inggris.

Di darat, TNI juga akan berubah dengan tampilan antara 100-130 unit 
tank Leopard asal Jerman yang sudah lama diidamkan TNI-AD.

Pengamat militer dan pengajar pada jurusan Hubungan Internasional UI Andi Widjajanto mengatakan klaim Purnomo bukan isapan jempol.

"Saya kira percepatan sangat mungkin. Dalam Latgab TNI lalu nampak bahwa kekuatan TNI sudah 40%," puji Andi.

Latgab (latihan gabungan) itu dilangsungkan di beberapa titik termasuk Sangatta di Kaltim dan Situbondo di Jatim.

Presiden Yudhoyono sendiri yang melihat langsung jalannya operasi, yang disaksikan pula oleh publik melalui komentarnya dalam situs mikro blog, Twitter.

"Negara kita luas, karenanya kita perlu memiliki kekuatan militer yang handal dan terlatih," kicau Presiden melalui @sbYudhoyono.

Titik terendah

Buku Putih Pertahanan Indonesia yang terbit 2008 menyebut perlunya membangun kekuatan bersenjata dengan terencana.

Target pencapaian minimum essential force(Kekuatan Pertahanan Minimal, KPM) dirancang tercapai pada 2024.

Itu berarti hingga 11 tahun mendatang, Indonesia harus dapat menerima kondisi saat ini, yaitu dengan kekuatan tempur yang bahkan di bawah minimum.

Langkah panjang ini menurut Andi perlu untuk mengembalikan TNI sebagai kekuatan bersenjata yang disegani di ASEAN maupun di dalam negeri.

Sejak dibelit krisis moneter tahun 1997, kekuatan ABRI (saat itu) hampir compang-camping.

"Ke luar pengaruh kita diambil oleh Malaysia dan Singapura, sedang ke dalam kita terpaksa melepas Timor Timur tahun 1999," tambah Andi.

Sebagai kekuatan bersenjata yang menjadikan 'NKRI harga mati' sebagai acuan dasar, lepasnya Timtim menurut Andi menandai 'titik terendah TNI' saat itu.

"Praktis (pertahanan) kita tak punya daya tawar sama sekali."

Kekuatan rendah juga sangat merugikan Indonesia secara ekonomi.

Dari kasus pencurian ikan di laut perbatasan saja menurut Kementrian Perikanan menggerogoti potensi pendapatan negara hingga Rp30 triliun per tahun.

Harap maklum, sampai 2012 Indonesia baru punya 24 kapal patroli memadai.

"Padahal wilayah maritim kita besar sekali, jadinya kita diremehkan nelayan asing pencuri ikan," kata anggota Komisi Pertahanan DPR, TB Hasanuddin.

Interoperabilitas

Pemerintah SBY kemudian menggenjot angka belanja senjata, yang sampai 2024 diharapkan mencapai titik idealnya, sekitar Rp170 triliun per tahun atau setara dengan 1,5% dari APBN.

Meski nampak sangat besar, secara persentase angka ini masih kalah dari total belanja alutsista Singapura dan Malaysia yang berkisar 2-3% dari total PDB.

Meski demikian, menurut Andi Widjajanto bila diteruskan sesuai rencana, kekuatan pertahanan Indonesia akan menjadi salah satu yang terbesar di Asia.

"KPM 2024 kalau dibandingkan tahun 2000 itu 5-6 kali lipat. Itu pun kita saat itu masih menyebutnya minim, baru mau mulai membangun postur riil," tegasnya.

Tetapi dengan strategi pembelian senjata dari berbagai negara sekaligus, masalah lain muncul: bagaimana TNI memadupadankan penggunaan berbagai senjata itu?

Sistem senjata dari satu negara biasanya punya sistem komunikasinya sendiri, kata TB Hasanuddin, yang sebelumnya sempat berkarir di TNI selama 25 tahun.

"Kemarin (di arena Latgab) saya lihat prajurit darat pegang radio untuk pesawat, radio lagi untuk tank, radio untuk lain lagi. Nanti bisa-bisa dia harus bawa 6-7 radio repot sekali," kata Hasanuddin sambil tertawa.

Interoperabilitas, atau padu-padan sistem operasi bersamaan, memang jadi tantangan kata Menhan Purnomo Yusgiantoro.

"Tugas Panglima TNI untuk dapat melihat bagaimana alutsista itu dapat terkait satu dengan yang lain," kata Purnomo.

Kemampuan memecahkan persoalan ini menurut pengamat pertahanan CSIS, Iis Gindarsah, akan sangat menentukan masa depan pertahanan Indonesia.

"Karena TNI sedang bergerak menuju rightsizing, merampingkan pasukan sesuai kebutuhan," kata Gigin.

"Dengan demikian nantinya pertahanan kita akan lebih banyak diawaki oleh alutsista yang canggih, dengan personel yang lebih sedikit tapi mumpuni."

Rabu, 10 Juli 2013

KSAD MOELDOKO: TNI Akan Tambah Peralatan Tempur, Perkuat Alutsista


TNI Angkatan Darat (AD) berencana menambah peralatan tempur untuk memperkuat alat utama sistem senjata (Alutsista), di antaranya Tank Leopard asal Jerman dan meriam penangkis udara Skyshield untuk menambah kekuatan pasukan.
Penambahan itu juga untuk memperkuat peralatan  tempur yang dimiliki TNI AD, untuk menjaga kedaulatan NKRI.
Saat ini, TNI AD telah memiliki alat tempur seperti meriam tempur super canggih, Gun Zur 2322, 3d Multi Beam Search Radar dan Missile Lauchers Porpad serta Tank Anoa 2 yang merupakan tank canggih buatan dalam negeri.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jendral TNI Moeldoko mengatakan beberapa peralatan tempur yang akan didatangkan, seperti Tank Leopard untuk kaveleri. Kemudian marder dan meriam 105/155 untuk Armed yang didatangkan dari Korea dan Prancis.
“TNI AD juga akan mendatangkan penangkis udara dari Prancis maupun Inggris. Pada Oktober nanti, diharapkan sebagian peralatan tempur baru milik TNI AD sudah bisa kami tunjukan kepada masyarakat,” kata Moeldoko seusai Acara Bhakti TNI di halaman kantor Bupati Kukar, Tenggarong, Sabtu (6/7/2013).
Jenderal bintang empat itu berkunjung ke kabupaten terkaya di Indonesia ini, untuk meresmikan program rehabilitasi 1.000 rumah warga tak layak huni di Desa Rempanga, Kecamatan Loa Kulu.
Program bedah rumah tidak layak huni dari Dinas Sosial Kukar ini memang melibatkan personil dari TNI. Sebanyak 350 personil akan memperbaiki rumah tidak layak huni sebanyak 1.000 unit dan tahap berikutnya akan ditambah hingga menjadi 1.500 unit.
Disinggung mengenai penambahan personil TNI di perbatasan Kaltim dan Malaysia, Moeldoko mengatakan belum ada rencana tersebut. “Tidak ada penambahan prajurit,” tukasnya.
Namun, dalam sambutan Hari Bakti dan Bakti TNI AD dihadapan ribuan pelajar Kabupaten Kutai Kartanegara, dia menginginkan ada putra daerah yang bisa menjadi perwira TNI agar bisa menjaga wilayah perbatasan tersebut.
“Kebijakan pimpinan TNI Angkatan Darat saat ini untuk memprioritaskan putra daerah menjadi prajurit TNI AD. Saya ingin kelak kawasan perbatasan di Kaltim ini diamankan putra daerah Kaltim yang terseleksi menjadi prajurit TNI AD, sehingga kawasan perbatasan ini akan semakin kondusif,” ungkapnya.
Acara peringatan Hari Bhakti TNI ini dihadiri Gubernur Kaltim Awang Faroek Ishak dan Bupati Kukar Rita Widyasari serta Pangdam VI/Mulawarman Mayjen TNI Dicky Wainal Usman.
Sejumlah kegiatan operasi dan pengobatan gratis, serta khitanan masal juga digelar di halaman parkir kantor Bupati.
Dalam kesempatan itu, Moeldoko memberi kabar gembira bahwa tahun ini TNI AD juga akan membuka penerimaan Taruna dan Taruni, dimana sekarang TNI AD sudah menerima wanita untuk menjadi Taruni.
“Mulai sekarang, adik-adik pelajar bisa mempersiapkan diri masuk menjadi taruna TNI AD,” ujarnya.
Peringatan Hari Bakti TNI dimeriahkan dengan tarian masal Eroh Begenjoh yang dibawakan ratusan penari dari sejumlah sanggar tari di Tenggarong.
Acara ditutup dengan atraksi terjun payung yang dibawakan 10 personil Kopassus di antaranya 4 orang penerjun wanita ikut ambil bagian. Mereka melompat dari helikopter di ketinggian 6.000 kaki.

sumber : Bisnis

AU Senegal Inginkan Pesawat PT Dirgantara Indonesia


Angkatan Udara Senegal antusias untuk mendapatkan pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia. Bahkan mereka ingin memperoleh pesawat yang didesain khusus untuk kebutuhan Angkatan Bersenjata Senegal.

Harapan itu disampaikan langsung Kepala Staf Angkatan Udara Senegal Jenderal Ousmand Kane saat menerima Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin di markasnya di Dakar, Senegal, seperti dilaporkan wartawanMetro TV Suryopratomo, Sabtu (6/7).

Sjafrie datang bersama Duta Besar Andradjati, Dirjen Strategi Pertahanan Mayjen Sonny Prasetyo, dan Direktur Pemasaran PT Dirgantara Indonesia (DI) Budiman Saleh.

Dalam pertemuan yang berlangsung hangat, seluruh staf Angkatan Udara Senegal menanyakan seluruh aspek teknis untuk pesawat CN-235 yang sudah mereka pergunakan maupun pesawat CN-295 yang merupakan produk terbaru PT DI.

Kepada Direktur Pemasaran PT DI ditanyakan berbagai aspek teknis berkaitan dengan kemungkinan menjadikan pesawat CN-235 untuk pasukan penerjun, peningkatan kapasitas daya angkut, hingga persoalan landing gear. Sementara itu, untuk pesawat CN-295 mereka menanyakan berapa lama pembuatan pesawat bisa dilakukan setelah kontrak pembelian ditandatangani.

Sjafrie menawarkan kepada Jenderal Kane untuk merancang spesifikasi pesawat sesuai dengan kebutuhan AU Senegal. "Saya menawarkan kontrak langsung antara negara dan negara. Dengan kontrak langsung, maka kebutuhan spesifikasi pesawat bisa dibicarakan langsung dengan pihak pembuat," kata Sjafrie.

Budiman mengatakan Senegal merupakan pembeli potensial. Namun, karena terbatasnya keuangan mereka, pesawat yang dibutuhkan harus memiliki fungsi yang banyak.

"Sulit bagi satu pesawat untuk menjalankan fungsi bermacam-macam. Sebab, pesawat CN-235 yang dimiliki Senegal sebenarnya ditujukan untuk pesawat VIP. Agak sulit apabila secara bersamaan ingin dipakai sebagai pesawat angkutan personel militer," kata Budiman.

Tetapi Budiman memberikan jalan keluar bagi keinginan Senegal untuk membuat pesawat multi-guna. "Ya kita rancang sejak awal apa yang dibutuhkan, bukan dengan mengubah konfigurasi sesudah pesawat jadi," kata Direktur Pemasaran PT DI.

sumber : Metro TV